Thursday, November 10, 2011

Eijkman Teliti Sumber Obat dari Biota Laut Indonesia

Jakarta Kamis 10/11/2011, Lembaga Biologi Molekular Eijkman tengah meneliti sumber obat-obatan dari biota laut di perairan Indonesia. Lembaga penelitian ini tengah fokus meneliti organisme laut di Karimun Jawa dan segitiga terumbu karang (coral triangle) antara Sulawesi dan Maluku Utara untuk mencari antibiotik baru.

"Laut kita organismenya banyak sekali dan kita tidak tahu banyak tentang itu serta bagaimana memanfaatkan sumber daya alam. Karenanya fungsi kita melakukan penelitian dasar untuk mendukung aplikasi langsung," ujar Direktur Eijkman Institute for Molecular Biology, Profesor Sangkot Marzuki, AM, MD, PhD, DSc disela-sela acara The 5th International Eijkman Conference di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (10/11/2011).

Hal senada diungkapkan Principal Investigator Deputy Director dari Eijkman Institute for Molecular Biology, Herawati Sudoyo, MD, PhD yang menuturkan saat ini sudah mengumpulkan banyak sumber termasuk invertebrata. Peneliti meneliti bagaimana invertebrata itu mempertahankan tubuhnya dari serangan bakteri di laut.

"Mereka pasti punya anti (bodi) di tubuhnya, itu kita cek dengan berbagai antibiotik yang kita pakai, dari situ kita bisa tahu binatang ini memproduksi zat apa terhadap amphisilin, tetrasiklin dan sebagainya," ujar Herawati.

Herawati mengungkapkan jika peneliti berhasil menemukan bioaktif selain yang diujikan, berarti menemukan obat baru yang berasal dari tubuh binatang itu sendiri.

Saat ini peneliti sudah melakukan eksplorasi di daerah Karimun Jawa dan coral triangle antara Sulawesi dan Maluku Utara, karena keduanya merupakan daerah yang paling kaya. Penelitian juga kemungkinan akan dilakukan di Raja Ampat karena banyak organisme yang belum dikenal dan bisa menjadi aset.

"Selama ini sumber obat dari daratan, karena untuk eksplorasi laut harus punya sumber daya manusia yang mengerti betul tentang mikrobiologi kelautan. Sekarang kita sudah punya penelitinya, membentuk group dan baru mulai kegiatan ini kira-kira baru 2 tahun ini," ujar Herawati.

Menurut Herawati untuk mengisolasi mikroorganisme dari tubuh manusia akan dikembangkan ke dalam medium yang mirip. Kalau berasal dari daratan gampang mengerti medium biakannya tapi kalau berasal dari laut maka harus tahu komposisinya yang terbiasa dengan kadar garam tinggi. Untuk itu dibutuhkan ahli mikrobiologi kelautan.

"Sedangkan untuk menjadi obat membutuhkan waktu 10 tahun dan dana jutaan dollar. Peran kita hanya memberikan target-target baru seperti memberitahu senyawa aktif apa yang didapat dan melakukan biology assay untuk tahu senyawa ini bisa digunakan terhadap mikrobacterium atau virus apa saja," ungkap Herawati.

Selain itu Prof Sangkot berharap acara 'The 5th International Eijkman Conference' ini bisa memberikan fokus-fokus baru dan reorientasi mana penelitian yang penting dan mana yang sudah tidak penting lagi karena ilmu pengetahuan terus bergerak.

"Fokus yang ada seperti dalam hal malaria dan pembuatan vaksin dengan menggunakan teknologi terbaru untuk penyakit infeksi seperti dengue, hepatitis, influenza," jelas Prof Sangkot.

Lembaga Biologi Molekular Eijkman punya posisi yang strategis di dalam dunia penelitian Indonesia. Lembaga yang didirikan oleh Christian Eijkman pada tahun 1888 itu bekerja dalam penelitian biologi molekul terutama kaitannya dengan diagnostik pengobatan maupun pencegahan penyakit.

Yang menjadi masalah saat ini adalah penelitian-penelitian lokal masih jarang yang diekspose oleh kalangan dalam negeri sendiri, padahal banyak karya penelitian yang dihasilkan lembaga Eijkman yang diakui secara internasional.



Source : http://www.detikhealth.com/read/2011/11/10/160218/1764762/763/eijkman-teliti-sumber-obat-dari-biota-laut-indonesia

No comments:

Post a Comment