Thursday, July 1, 2010

Ketika Laboratorium Eijkman Membangun Brand Dunia



Foto : dok Abdul malik

Ketika Laboratorium Eijkman Membangun Brand Dunia
Kamis, 13/03/2008
JAKARTA (SINDO) – Laboratorium biologi molekuler kelas dunia Eijkman lengkap dengan fasilitas canggih dan keamanan tingkat tinggi siap menggapai predikat go international. Apa yang terlintas di benak Anda jika mendengar laboratorium biologi molekuler? Mungkin,Anda akan membayangkan sebuah tempat penuh virus penyakit paling berbahaya. Tidak salah memang. Tempat ini dibilang rawan karena virus berbagai penyakit paling berbahaya dikembangbiakkan dan diteliti di laboratorium ini. Salah satu laboratorium molekuler di Indonesia adalah Lembaga Eijkman, yang sudah memiliki fasilitas biosavety level-3 (BSL-3).
Di sinilah dilakukan penelitian berbagai virus penyakit, mulai HIV, bakteri TB, virus DBD, malaria,hingga avian influenza (AI/flu burung). Saking rawannya, laboratorium ini memang tidak bisa ditangani sembarang orang. ’’Sudah sejak dulu kami menjadi laboratorium kelas internasional. Untuk itu, saat ini kami melakukan banyak perbaikan agar lab ini memang benar-benar menjadi kelas dunia,” tutur Manajer Eksekutif Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Sudoyo MD PhD kepada SINDO, yang berkesempatan mengunjungi tempat ini. Saat ini Lembaga Eijkman sedang berbenah. Berdasarkan pengamatan SINDO, laboratorium itu memiliki fasilitas lengkap dan canggih. Selain itu, gedung ini diberikan sentuhan interior modern yang nyaman. Hal itu kontras dengan wajah bangunan Belanda yang dibangun pada 1888 ini.
Sebab, jika dilihat dari luar, gedung tersebut terkesan tua dan kurang terawat. ’’Jika dulu orang membayangkan gedung Eijkman adalah bangunan tua penuh kelelawar dan kotor penuh debu, kini kami sudah mengubahnya sedemikian rupa. Menjadi lebih modern meski bangunannya masih bangunan asli zaman Belanda,”tutur Direktur Lembaga Eijkman Profesor Sangkot Marzuki. Tidak salah jika lembaga berstatus kelas dunia itu sedang mengupayakan diri untuk menjadi laboratorium yang berhak mengeluarkan sertifikat bagi laboratorium lain di dalam negeri. Ini bukanlah langkah mudah. Sebab, lab yang saat ini mencari status kelembagaan sebagai salah satu lembaga nondepartemen (LPND) ini harus banyak sekali melakukan pembenahan hingga benar benar mendapatkan kepercayaan dunia riset internasional.
Sertifikat itu bisa dalam bentuk memberikan predikat kepada sebuah laboratorium, apakah dia layak mendapatkan predikat sebagai lab BSL-3 ataukah tidak. ’’Kami menargetkan agar Eijkman bisa menjadi pelopor bagi laboratorium di dalam negeri sehingga berhak mengeluarkan sertifikat bagi laboratorium lainnya di dalam negeri,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Sistem Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nasional, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Profesor Amin Soebandrio MD PhD ketika melakukan kunjungan ke Lembaga Eijkman kemarin sore (12/3). Bangunan seluas 5.500 m2 itu memang memiliki beberapa fasilitas beberapa laboratorium, di antaranya lab genetika populasi, mitokondria, talasemia dan kelainan sel darah, malaria, forensik molekul, bioinformatika.
Ini masih ditambah satu lagi laboratorium BSL-3 yang ditempatkan secara terpisah. Di dalam lab inilah, virusvirus penyakit berbahaya dikembangbiakkan sehingga tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat itu. Pintu masuknya berlapis tiga, hampir tidak berbeda dengan laboratorium penelitian nuklir. Sebab, jika tidak demikian, virus yang sudah dikembangbiakkan tersebut akan mudah sekali menyebar.Tentunya itu akan sangat berbahaya.’’Saat ini kami baru mengembangbiakkan virus flu burung untuk laboratorium BSL-3.Kami juga akan mengembangbiakkan virus-virus lain, seperti HIV,”ujarnya. Orang awam pasti akan ngeri mendengar bahwa virus bisa dikembangbiakkan. Namun, jangan khawatir virus yang dikembangbiakkan di laboratorium ini untuk kepentingan penelitian.
Jika virus itu dikembangbiakkan, akan diketahui karakternya dan diteliti bagaimana cara melawannya. Bahkan, pengembangan vaksin pun dikembangkan dari virus penyakit bersangkutan. Salah satunya pengembangan vaksin flu burung yang diambil dari salah satu zat protein dalam virus tersebut.Ketika masyarakat mendapatkan vaksin, dia akan menjadi kebal saat diserang virus dari penyakit yang belum ada obatnya itu. Namun, tentu bukanlah sesuatu yang mudah untuk mengembangkan sebuah vaksin.
Umumnya, pengembangan itu bisa memakan waktu berpuluh-puluh tahun. Itu pun belum tentu berhasil. Herawati menuturkan,demi mengembangkan brand Eijkman untuk diakui dunia, pelayanan yang dilakukan tidak lagi pasif, melainkan aktif menjemput bola. Sebagai sebuah laboratorium, mungkin hal itu agak kurang lazim. Sebab, umumnya sebuah lab hanya digunakan untuk melakukan eksperimen atas dasar permintaan atau program pemerintah. (abdul malik)
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/ragam/ketika-laboratorium-eijkman-membangun-brand.html dalam http://isacrohan.blogspot.com/2008/03/ketika-laboratorium-eijkman-membangun.html

No comments:

Post a Comment